Dua Pasang Hati

Senin, 25 Mei 2015 - 08:29 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Sebelumnya, ia tidak pernah sama sekali melihat Keenan marahmarah hanya karena satu pasien, apalagi yang tidak dikenalnya. Membuat benak perawat itu begitu yakin, akan adanya hubungan di antara Keenan dan si korban tersebut.

[1] ”Ma-masuk aja, Dok.” Perawat itu akhirnya memberi izin pada Keenan untuk ikut masuk ke UGD. ”Dokter Keenan?” seorang dokter paruh baya bernama Bayu Effendi, tampak terkejut dengan kehadirannya. Keenan tetap saja acuh, baginya saat ini yang terpenting adalah pemulihan Lara. Ia hanya tidak ingin terjadi apa-apa dengan wanita itu.

”Tolong siapkan alat tensi tekanan darah, pemacu jantung, dan tambahkan vitamin di suntikan infusnya! Tolong catat tekanan darahnya, detak jantungnya untuk saya,” perintah Keenan. Tangannya sibuk melihat keadaan mata Lara, dan memeriksa denyut jantung Lara yang terdengar sangat cepat. Seluruh dokter dan perawat di ruang UGD tersebut, tak ada yang berani menatap wajah Keenan yang begitu serius dengan pasien itu.

Tanpa banyak bicara, mereka membungkam mulut dan mengikuti semua permintaan data pasien yang bernama Lara itu. Keenan mengerahkan semua kemampuannya untuk memulihkan Lara dari kondisi kritisnya. Pikirannya benar-benar tertuju pada wanita itu, ia berulang-ulang memacu jantung Lara dengan alat pemacu jantung agar ia cepat kembali pada kesadarannya.

Lima menit, Lara masih belum menunjukkan tandatanda kehidupan, sepuluh menit pun belum berubah. Para dokter sempat kehilangan akal ketika Lara tidak lagi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, sampai akhirnya Keenan memberanikan diri untuk memacu jantungnya sekali lagi.

Akhirnya, alat pendeteksi jantung kembali menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Syukurlah, Keenan berkata dalam hati. Wajahnya sudah tak lagi se-stress tadi, dan batinnya pun merasa damai. Mereka begitu kagum dengan keahlian Keenan yang mampu mengembalikan alat-alat vital pasien tersebut, setelah sebelumnya ia terlihat kritis.

Kini mereka mengakui jika Keenan memang seorang dokter bertangan dingin, karena keahliannya bukan saja memeriksa kandungan, tetapi mencakup seluruh jaringan dan penyakit manusia.

”Bawa Lara ke ruang perawatan intensif, sekarang. Jangan lepas dari pengawasan kalian,” tegas Keenan sambil melebarkan jas kebesarannya. ”Dokter Keenan,” panggil Dokter Effendi sebelum ia menginjakkan kaki dari ruang UGD. Keenan membalikkan badannya ke belakang, lalu menatap Dokter Effendi dengan serius yang tengah berjalan ke arahnya.

”Kenapa, Dok?” Dokter Effendi mengulurkan tangannya, ”Maafkan saya, meragukan keahlian Anda. Terima kasih, Dok. Udah berhasil menyelamatkan nyawa satu pasien.” Keenan hanya mengangguk, tanpa membalas uluran tangan Dokter Effendi lalu pergi dari ruang UGD.

[1]Claustrophobia : ketakutan berlebihan ketika berada di tempat sempit dan gelap. ”Iki semua salahku, Mbak. Salahku!!!” seru Dodo saat pria itu menangkup wajahnya dengan penuh kesedihan. Ia bertubi-tubi menyalahkan dirinya sendiri, karena kelalaiannya meninggalkan Lara berada lama-lama di gudang.

Sementara Silvia hanya mampu menangis, melihat kondisi rekan lamanya terbujur lemas di dalam sedang mempertaruhkan nyawanya. Tak hanya itu, Echa sahabat Lara pun sudah berada di tempat. Sama seperti kedua rekan kerja Lara, Echa adalah satu-satunya orang yang paling nggak tahan dengan kondisi Lara yang sedang kritis.

Lara memang bercerita jika ia punya gangguan psikis terhadap tempat gelap dan sempit, namun Lara membiarkannya, paling hanya ketakutan semata saja. Ra... ini namanya bukan ketakutan semata, kalo sampe ngebahayain jiwa lo sendiri... rintih Echa dalam hatinya. Ia tak kuasa menahan tangisnya, karena batinnya tersiksa melihat keadaan Lara di sana.

Tak lama kemudian, seorang dokter dengan badge Keenan S. Bagaskara keluar dari ruang UGD. Wajah-wajah mereka langsung terlihat lega dan segera menyambangi Keenan yang sedang berjalan ke arahnya.

”Echa, lo tau dari Ardio kalo Lara kekunci di gudang?” ”Iya, Nan. Gimana keadaannya dia? Baik-baik aja, kan? Dia nggak kenapa-napa? Masih hidup, kan?”

(bersambung)
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0737 seconds (0.1#10.140)